One More Day

Title: One More Day
Author: ghiraffe
Genre: Romance
Rating: PG-15
Lenght: Ficlet(?)
Disclaimer: I own the storyline
Main Cast: APink Son Naeun & INFINITE Kim Myungsoo
A/N: engga tau kenapa tiba-tiba dapet ide buat bikin cerita ini di tengah malem. 😐 terus juga akuu dapet feel pas ngeliat foto ini :3 https://www.facebook.com/photo.php?fbid=816089631743934&id=100000287157389&set=a.474964965856404.109118.100000287157389&refid=17&ft&tn=E. Lucu banget kalo diliat2(?). Semoga gajadi cerita gagal walaupun ceritanya mainstream(?) -coret-
Maaf banget untuk saat ini gabisa lanjutin Orion. Modemku perlu diisi ulang dan…well tahun ini gadapet thr:( (kok curhat thor?) Ini juga post lewat hp huhu..

Happy Reading :]

RCL dums(?) Kalo sudah R, CLnya jangan lupa(?)

“Reuni? Kau serius?” Naeun hampir menjatuhkan cangkir tehnya saat mendengar berita dari temannya. Ia terlalu bersemangat sampai-sampai ia lupa dengan headsetnya yang hilang—dan membuatnya kesal setengah mati.

Setelah memutus sambungan, Naeun segera meneguk habis tehnya dan berbaring di tempat tidur, memberi kabar teman-temannya yang lain. Sejenak, ia bisa melupakan masalah headsetnya. Entahlah, mungkin kakaknya yang mengambil. Barang itu sebenarnya milik kakaknya, namun karena ia jarang memakainya jadi Naeun memutuskan untuk mengambil alih headset itu.

Naeun tak henti-hentinya tersenyum, bahkan saat adiknya menatap Naeun aneh, ia tidak peduli. Yang ia pikirkan hanya saat-saat ia bertemu dengan teman yang ia tak temui selama hampir setahun ini.

“Naeun, kau dimana?” Yoon Bomi—teman Naeun tengah menunggu gadis itu di depan gerbang sekolah. Hari itu Naeun terlambat karena hujan yang datang walau tidak diundang. Naeun melambai-lambaikan tangannya, lalu melepas tudung kepala—jaketnya.

“Annyeong, Bomi!” Naeun memeluk gadis itu erat. Bomi membalas pelukannya dan tertawa. “Apa kabar, Naeun-ah?” tanya Bomi. Naeun mengangkat kedua tangannya. “Seperti yang kau lihat. Ayo masuk!”

Naeun tidak tahu kalau aula sekolah lamanya sudah ramai dengan alumni lain—teman seangkatan Naeun. Ia segera bergabung dengan teman-teman lamanya. Berkumpul dengan mereka adalah sebuah kesenangan tersendiri baginya. Toh, di universitas tempatnya menimba ilmu sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian.

“Bagaimana di Seoul?” tanya Namjoo, gadis berambut sebahu. Naeun tersenyum. “Baik. Tapi tidak pernah lebih baik selain bertemu dengan kalian!” jawabnya. Mereka tertawa lalu bernostalgia. Naeun kebanyakan tertawa apalagi mendengar lelucon Bomi dan Eunji. Sekali-sekali ia melirik ke arah yang lain—kelompok lain—yang membuat Bomi menyuruh yang lain diam dengan meletakkan jari telunjuknya di bibir.

“Naeun-ah,” panggil Bomi. Naeun menoleh ke arahnya. ”Ya?”

“Kau sudah melihat Myungsoo?” tanya Bomi. Naeun mengangkat kedua alis dan juga bahunya. “Belum.”

“Dia ada di depan kita.” Bomi menunjuk laki-laki yang duduk tiga baris di depan mereka. Naeun ber-oh-ria. Ternyata laki-laki itu belum mencukur rambutnya lagi.

“Kau merindukannya?” bisik Bomi.

“Aku tidak tahu.”

Myungsoo yang bosan akhirnya mengalihkan pandangannya. Ia mendengar suara berisik—tentu saja itu suara Eunji dan Bomi—yang membuatnya penasaran. Apalagi saat ia mendengar nama ‘Son Naeun’. Laki-laki itu memastikan apakah benar ada Naeun atau tidak disana.

Saat ia melihat ke arah belakang, tepat sekali saat Naeun juga melirik ke arahnya. Entah itu kebetulan, atau memang Naeun sedang memperhatikannya, Myungsoo tidak tahu. Tapi dia lebih senang kalau Naeun memang sedang memperhatikannya.

Naeun yang tertangkap sedang melirik ke arah Myungsoo langsung menoleh ke arah Bomi dan pura-pura mendengarkan leluconnya. Padahal, Myungsoo ingin tersenyum padanya.

Myungsoo kembali menatap lurus ke depan. Temannya, Sungyeol, menepuk pundaknya.

“Inilah saat yang tepat, bro. Kapan lagi kalau bukan sekarang?” ujarnya langsung pada poin. Myungsoo menunduk, masih ragu akan perkataan temannya.

“Sampai kapan kau membiarkannya seperti itu? Yang ada sang putri sudah bertemu pangeran lainnya.” Sungyeol sekali lagi menepuk pundak Myungsoo dan beranjak dari kursi untuk mengambil minum.

“Apakah sekarang waktu yang tepat?”

“Jadi kau bertemu dengan Kai lagi?”

Naeun menganggukkan kepalanya. “Yeah. Tapi setiap aku berpapasan dengannya, aku selalu menghindar.”

Bomi mengerutkan keningnya. “Kenapa? Kau kan cantik.”

“Terserah saja deh!”

“Naeun!” Eunji menyenggol lengan gadis itu, membuatnya mau tak mau menoleh ke arahnya.

“Ada apa?”

“Myungsoo kenapa sih? Ini hanya perasaanku saja atau dia memang berkali-kali ingin menengok ke belakang namun selalu tidak jadi?” bisik Eunji. Naeun melihat laki-laki itu menoleh ke samping, tidak sampai belakang.

“Memperhatikannya?”

Eunji melotot. “Tidak! Tentu saja, bukan. Aku kan peka terhadap sekitar.”

Naeun menunduk dan tersenyum pahit. “Biarkan saja.”

Acara reuni berlangsung dengan lancar dan meriah. Naeun sama sekali tidak menyesal datang pada hari itu. Paling tidak, ia tidak bosan dan melumut di dalam kamarnya dengan berkas-berkas tugasnya.

“Kau pulang bersama siapa?” tanya Bomi. Naeun menggeleng. “Tidak tahu.”

Naeun masih ingin melihat Myungsoo. Setahun tidak melihatnya membuat ia rindu pada laki-laki itu.

“Naeun-ah?” seseorang bertubuh jangkung datang menyapanya. Naeun tersenyum dan membalas sapaannya.

“Sungjae.”

Laki-laki itu tersenyum pada Naeun. “Melihat Namjoo?” tanyanya. “Baru saja pergi dengan Hayoung. Cepat susul, gih.”

“Oke, terima kasih.”

“Sama-sama.”

“Ah, ya. Satu lagi.” Sungjae berbalik dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Seseorang menunggumu di depan aula.” Laki-laki jangkung itu berjalan meninggalkan Naeun yang masih menunggu Bomi yang mengobrol dengan anak kelas lain.

Naeun penasaran siapa yang menunggunya. Sebegitu penting kah dirinya?

“Bomi, aku ditunggu seseorang.” Naeun menarik tangan Bomi karena sudah tidak sabar. Bomi mengaduh kesakitan.

“Siapa sih?”

“Tidak ta—” Naeun tidak menyelesaikan kalimatnya begitu ia melihat Myungsoo yang tersenyum kepadanya di luar aula.

“Myungsoo?”

Myungsoo tersenyum canggung. “Ah, iya. Begini. Sungyeol—” begitu namanya dibawa-bawa, laki-laki jangkung itu menyiku dada Myungsoo.

“Myungsoo ingin mengajakmu pulang bersama. Tapi dia terlalu malu untuk mengatakannya padamu. Bahkan dulu—” kini giliran Myungsoo yang menyiku balik. Naeun ber-oh-ria sementara Bomi menahan tawanya.

“Aku pulang bersama Eunji, yah? Sampai jumpa lain waktu!” Bomi berlari begitu saja meninggalkan Naeun yang bingung dan kaku di hadapan Myungsoo dan Sungyeol.

“Aku—aku bawa motor kakak. Kalau tidak pulang sekarang bisa habis aku!” Sungyeol berbalik dan berlari mengikuti Bomi. Naeun melirik ke arah Myungsoo bingung.

“Ayo pulang.” ajak Myungsoo. Ia menahan diri untuk tidak memegang punggungnya agar gadis itu tetap berjalan di sampingnya. Mau bagaimanapun, gadis itu tetap berjalan di depannya. Membuat Myungsoo hampir frustasi. Beberapa kali Myungsoo menyamakan langkahnya dengan Naeun, namun gadis itu berjalan dengan sangat cepat.

“Err, Naeun? Bisa berjalan lebih santai?” teguran Myungsoo membuat Naeun malu. Ia berhenti lalu menunduk. Ia tidak berani menatap Myungsoo karena ia masih teringat saat Myungsoo menangkap basah dirinya di aula tadi.

Mereka lanjut berjalan dalam diam. Malam itu hening, dan mereka sibuk dalam pikirannya masing-masing.

“Gimana?” Naeun akhirnya membuka suaranya.

“Maksudnya?” Myungsoo yang tidak mengerti bertanya balik.

Naeun terdiam sejenak. “Di kampusmu. Bagaimana keadaannya?”

Myungsoo mengangguk dan berpikir. “Baik, kok. Kau sendiri?”

Naeun tersenyum di bawah cahaya bulan. ‘Akan lebih baik jika ada kau.’ batinnya. “Tentu saja, baik.” jawabnya singkat.

“Reuninya kurang lama. Aku berharap kita bisa menginap bersama—maksudku, saat reuni. Semuanya. Jadi tidak sesingkat ini.” aku Myungsoo. Ia berusaha keras agar Naeun mau menatapnya.

Naeun menganggukkan kepalanya. “Ya, sebagai gantinya dulu.” akhirnya gadis itu menoleh dan tersenyum menatap Myungsoo. “Pasti akan lebih berkesan.”

Naeun mengusap-usap lengannya karena udara dingin. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya. Naeun mengangguk. Ia menyuruh Myungsoo untuk berhenti sebentar dan gadis itu memakai jaketnya. “Sekarang lebih baik.”

Myungsoo ingin sekali mengelus rambut panjangnya. Namun ia tahu kalau ia melakukan itu, justru akan membuat Naeun terkejut.

“Ayo cepat, udara semakin dingin!” Naeun mempercepat langkahnya menuju halte bus, disusul Myungsoo yang tersenyum di belakangnya.

Mengapa waktu bersamamu terasa amat singkat?

Kalau boleh aku meminta, aku ingin kau tetap tinggal disini, meskipun hanya sehari saja.
Sebelum kita berpisah—lagi, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu.
Walau hanya sehari saja.
Aku menyesal pernah menyia-nyiakan waktuku dulu, hanya untuk memandangmu dari kejauhan.
Rasa itu tak pernah hilang, malah semakin bertambah..

…Saat aku melihatmu.

I don’t want to let you go.

Kim Myungsoo — Son Naeun

-fin-

AHAHA gak percaya aku bisa namatin ff singkat ini. Biasanya aku selalu bikin yang berchapter2(?) Sampe ada yang belum selesai ;;; maaf kalau feelnya masih belum dapet, soalnya aku masih belajar juga :”) -coret-

Terima kasih sudah menyempatkan waktu membaca ff abal ini. (Emang ada yg baca ghin?) -coret lagi-

Tinggalkan komentar